Skinpress Demo Rss

Pengen dapet duit dari internet?

Rabu, 16 September 2009

Gelisah ketika Do’aku Dikabulkan

Terkabul sudah do’aku, terwujud sudah impianku. Aku menggalang hubungan khusus dengan gadis cantik, pandai dan ramah. Keinginan hatiku untuk mendapatkan yang paling baik dan tersempurna, terjawab kini. Tak ada lagi beban yang ada dalam pikiranku, bahagia hatiku tiada tara. Itu rasa yang seharusnya ada dalam hatiku saat ini. Tetapi, semua rasa senang itu hanyalah sebagian kecil dari rasa yang sedang menyelimuti hatiku saat ini.

Sekarang aku sudah mendapatkan semuanya. Kekasih yang begitu mencintaiku dan menyayangiku. Bukan hanya itu, dia juga cukup cantik. Memang penilaian cantik atau tidaknya seseorang adalah bersifat subyektif, tapi aku menilai dia cantik tidak dari anggapan pribadiku semata. Selama dia mempunyai komitmen untuk bersamaku, tidak kurang dari tiga jaka yang menyatakan cinta dan berharap untuk bisa bersama dengan dara cantik ini.

Dia juga pandai. Penilaianku atas kepandaiannya ini mungkin karena dasar pendapat subyektif dariku, tapi bisa juga penilaianku ini bersifat obyektif. Aku menilai seseorang pandai jika dia lebih pandai dari diriku, itu yang pertama. Kami berdua saat ini sedang melanjutkan belajar di salah satu universitas di Yogyakarta. Aku dan dia kebetulan menjadi teman satu kelas, sehingga aku sedikit lebih tahu akan dirinya, karena hampir setiap kuliah kita bertemu. Sehingga, aku juga tahu anggapan teman-teman sekelasku tentang dara cantik aktivis kampus ini. Mereka juga menilai bahwa dia cukup pandai, sehingga penilaianku yang kedua tentang seseorang yang pandai adalah dengan menyerap penilaian orang lain akan dirinya. Sudah cukup bukan bukti untuk menyatakan bahwa dia gadis pandai? Dan masih banyak bukti lain untuk menyatakan bahwa dia adalah gadis supel, pandai bergaul dan ramah.

Memang tidak bisa aku pungkiri bahwa dahulu aku pernah memohon untuk dianugerahi seorang kekasih yang cantik, pandai serta kaya akan pergaulan dan pengalaman. Tak begitu lama aku menunggu jawaban atas permohonanku, ternyata Tuhan menjawab semuanya. Semua permohonanku terjawab dengan begitu menggembirakan, hingga aku sendiripun sulit mempercayainya. Tapi mengapa sampai detik ini aku belum merasakan kebahagiaan yang sempurna. Aku belum menemukan hakekat kebahagian yang sesungguhnya dalam hatiku? Apakah ini disebabkan oleh sifat manusia yang selalu merasa kurang atas sesuatu yang dimilikinya? Ternyata tidak, justru aku merasa bahwa semua yang kudapatkan saat ini melebihi harapanku. Semuanya melebihi anganku.

Kebahagiaanku hilang, kenyamanan dalam hatiku lenyap. Semua ini karena ternyata aku merasa minder dengan kekasihku. Aku tidak tergolong sebagai lelaki rupawan, diriku jauh dari kata-kata itu. Itu alasan pertama kenapa aku merasa minder dengan pasanganku. Banyak pula teman-teman di luar sana yang juga mempertanyakan hal ini padaku, “Kok bisa dia mau denganmu?”, tidak sedikit teman menanyakan hal yang sama padaku. Apakah itu sebuah canda? Apakah mereka hanya berusaha mencairkan suasana yang sedang lumayan tegang? Aku tak mengerti, yang kutahu raut wajah seseorang yang tengah serius dan bercanda adalah berbeda.

Masalah pandai dan tidak juga cukup membuatku minder. Dan ini adalah alasanku yang kedua. Memang aku menginginkan seseorang yang pandai, tapi maksud hatiku adalah tidak lebih pandai dariku. Jelas, hal ini tidak akan terwujud. Aku tidak akan bisa mendapatkan kekasih yang tidak lebih pandai dariku. Mengapa begitu? Karena aku hebat dan bisa meluluhkan hati wanita dengan mudah? Bukan itu alasannya. Tapi, kadang aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, “Apakah ada seseorang yang tidak lebih pandai dariku?”, Dan kadang ada jawaban dari hatiku, “Rasanya, aku adalah juara pada perlombaan kebodohan.”

Dalam hal ramah, mungkin aku masih tertolong. Tapi, aku tak sepandai dia dalam bergaul.. Aku sadar akan hal ini, dan saat ini aku tengah berusaha untuk menjadi seseorang yang lebih pandai bergaul, dapat bergaul dengan siapa saja, itu harapanku.

Hal yang paling tidak aku inginkan dalam hidupku adalah perpisahan. Akankah cintaku tetap bersamanya? Semoga saja “IYA”. Aku tidak ingin kehilangannya, aku tidak akan meninggalkannya, karena dia begitu sempurna. Tentu saja seseorang tidak akan melepaskan kesempurnaan yang telah didapatkannya, tapi apakah di sisi lain ada seseorang yang tidak ingin meninggalkan keterbatasan yang telah didapatkannya? Keterbatasan yang aku maksud adalah diriku sendiri. Aku adalah seseorang yang serba terbatas. Mungkinkah dia tidak akan meninggalkanku dan mencari pengganti yang sempurna seperti dia? Jika “IYA”, sepenuhnya aku sadar, aku bisa mengerti dan memahami apa yang ada di hatinya. Secara logika, tidak mungkin ada seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu yang serba terbatas, semua pasti ingin mendapatkan kesempurnaan. Lebih masuk akal jika seseorang lebih mencintai kelebihan daripada kekurangan.

Temen-temen yang pengen gabung. Ga’ beda kok ma biasanya. Tolong donk hibur hatiku yang sedang lemah ini...He...he...he....

Ketulusan Sepasang Penjahat

Sampai saat ini aku masih merasakan indah dan nikmatnya cinta. Meskipun semua ini sangat sulit bagi orang lain untuk menyebutnya sebagai “cinta”, tapi antara aku dan dia telah mengenal ini semua dengan nama “Sebenarnya Cinta”. Semua boleh tertawa mendengar semua ini, semua boleh heran mendapat berita ini.

Aku dan dia menjalin hubungan diantara hubungan yang sedang berjalan diantara kami. Sulit dimengerti bukan? Dia dan aku sama-sama sudah mempunyai pasangan, maksudnya pacar. Dan karena sebuah kesalah fahaman, kita berdua terikat dalam sebuah hubungan, hubungan yang kita sebut sebagai cinta. Memang sebelum semua ini terjadi, kita berdua sudah cukup dekat sebagai teman. Sampai pada satu waktu ada sebuah kesalah fahaman yang membuatnya berfikir bahwa aku telah sengaja menyakiti hatinya sehingga keadaan itu memaksaku untuk mengeluarkan semua yang ada di hatiku. Termasuk kata CINTA juga ikut terucap dari bibirku. Awalnya, aku menyesal telah mengatakan kata-kata itu, karena aku tahu itu hanyalah sia-sia dan akan semakin menyakitkan baginya.

Dia memang cantik, pandai dan ramah. Tidak heran kalau banyak para kaum Adam yang ingin mendapatkan cinta darinya. Sementara aku, aku jauh sekali dari kata-kata pandai, cakep apalagi kaya. Aku sadar akan hal itu sepenuhnya, kesadaranku ini membuatku beranggapan bahwa aku tidak mungkin mendapatkan cintanya. Sehingga ketika kita dekat sebagai teman dekat, tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk menjalin hubungan dengannya, hubungan cinta. Karena kesadaran akan diriku, tak sedikitpun aku berharap dan mempunyai keninginan untuk dia suka dan cinta padaku.
Ternyata, tidak semua cinta itu berawal dari kepandaian, kecakepan dan kekayaan. Dia menjawab kata-kata cinta yang tak sengaja keluar melalui bibirku itu dengan kata yang tersusun dalam sebuah kalimat indah dan rapi yang mempunyai arti bahwa cintaku telah terbalas. Sekilas aku tidak bisa percaya dengan kata-katanya itu, tapi beberapa saat kemudian dia menyandarkan kepalanya ke bahuku seraya mengatakan bahwa dia tidak menginginkan perpisahan secepat ini. Betapa senang dan bahagia aku saat itu, mendengarnya mengatakan itu di hadapanku. Air mata sedih dan kecewa yang tadinya menggenang di mataku dan matanya, seketika berubah menjadi genangan air mata bahagia diantara kita berdua.

Saat ini dia telah menjadi kekasihku dan aku juga dianggapnya sebagai kekasih. Tapi, diantara kita masih ada mereka. Ya, mereka… Pacarku dan pacarnya. Saat aku dan dia memutuskan untuk bersama, saat kita mengambil pilihan untuk bersama, kita tahu bahwa kita sudah mempunyai kekasih masing-masing. Tapi entah mengapa, hal itu tidak menjadi masalah bagi kami untuk menyemaikan rasa cinta yang berada di hati kami. Sampai sekarang hubungan kita baik-baik saja dan kian hari kita semakin membuat orang lain iri dengan kemesraan yang tampak dari kita berdua.
Ada yang menyebut kita berdua sebagai Penjahat, lebih tepatnya Penjahat Cinta. Tapi walaupun begitu, aku tulus mencintainya dan aku juga yakin bahwa dia juga menyayangiku dengan tulus.

Apakah cintaku dengannya ini disebut sebagai cinta yang terlarang? Jika “YA”, apakah aku salah jika mencintai seseorang dan ternyata cintaku terbalas olehnya? Apakah rasa cinta merupakan suatu kesalahan?

Buat temen-temen yang mau gabung, tetep seperti biasanya. Boleh kok tinggalin komentar buat saya, katanya banyak temen, banyak rizki. Silahkan……